Geliat Para Pejuang Ekonomi Digital
Tiga perusahaan diatas mungkin sudah tidak asing lagi di telinga kita. Bahkan mungkin kita salah satu pecandu keras jasa-jasanya. Di kehidupan serba auto-gadget seperti saat ini, sudah menjadi hal yang lumrah bahwa segala aktivitas sehari-hari kita sangatlah bergantung dengan smartphone, internet dan media sosial.
Misalnya saja, ketika mau bepergian ke luar rumah dan kebetulan tidak ada kendaraan, generasi 2000-an harus pergi ke pangkalan ojek untuk minta dianterin dengan harga yang kadang gak pasti. Itu dulu, kalo generasi sekarang cukup buka aplikasi GO-JEK di smartphone-nya lalu abang ojek akan menjemput kita dan harganya pasti sesuai dengan order-an kita di aplikasi tersebut. Sangat dimudahkan bukan?
Itu hanya salah satu contoh guys. Masih ada kemudahan-kemudahan lain yang ditawarkan melalui aplikasi-aplikasi berbasis smartphone. Mulai ojek online, jual beli online, pemesanan tiket online hingga donasi online. Secara prospek, bisnis online berbasis aplikasi seperti ini memang sangat menjanjikan, mengigat sekarang sedang masanya "EKONOMI DIGITAL". Namun sayang, tidak banyak generasi muda yang tertarik untuk menggeluti bisnis "EKONOMI DIGITAL", sehingga perlu ditingkatkan kembali minat generasi muda akan potensi bisnis ini. Bukan begitu wahai Generasi Millenials?
Ngomong-ngomong mengenai "EKONOMI DIGITAL", muncul banyak pertanyaan di otak kita. Sebenarnya apa sih itu? Bedanya dengan sistem ekonomi yang lain itu apa? Bagaimana perkembangannya? Terus aku harus ngapain? Dan ribuan pertanyaan lain yang tidak sempat tertuliskan dalam artikel ini. Oke, mari kita bahas guys!
Itu hanya salah satu contoh guys. Masih ada kemudahan-kemudahan lain yang ditawarkan melalui aplikasi-aplikasi berbasis smartphone. Mulai ojek online, jual beli online, pemesanan tiket online hingga donasi online. Secara prospek, bisnis online berbasis aplikasi seperti ini memang sangat menjanjikan, mengigat sekarang sedang masanya "EKONOMI DIGITAL". Namun sayang, tidak banyak generasi muda yang tertarik untuk menggeluti bisnis "EKONOMI DIGITAL", sehingga perlu ditingkatkan kembali minat generasi muda akan potensi bisnis ini. Bukan begitu wahai Generasi Millenials?
"Perkembangan teknologi ibarat pisau bermata dua. Bisa MEMBANTUmu atau MEMBUNUHmu tergantung bagaimana kamu menyikapinya."
-RADEN ROFIUL-
Ngomong-ngomong mengenai "EKONOMI DIGITAL", muncul banyak pertanyaan di otak kita. Sebenarnya apa sih itu? Bedanya dengan sistem ekonomi yang lain itu apa? Bagaimana perkembangannya? Terus aku harus ngapain? Dan ribuan pertanyaan lain yang tidak sempat tertuliskan dalam artikel ini. Oke, mari kita bahas guys!
PENGERTIAN EKONOMI DIGITAL
EKONOMI DIGITAL secara versi Encarta Dictionary adalah "Business transactions on the Internet: the marketplace that exists on Internet" yang dapat diartikan sebagai suatu proses transaksi atau pasar di internet. Lebih luasnya lagi, EKONOMI DIGITAL tidak hanya sekedar transaksi di internet saja, tetapi mencakup segala pemanfaatan teknologi informasi yang ada pada bidang ekonomi.
Sederhananya, kalau dulu transaksi suatu barang harus bertatap muka secara langsung, sekarang cukup memanfaatkan teknologi informasi yang ada. Cukup melalui smartphone yang terkoneksi dengan internet, kita sudah bisa bertransaksi dan melakukan jual-beli barang apa saja yang kita inginkan. Sangat mudah bukan, wahai Generasi Millenials?
Sekedar Info
Encarta Dictionary adalah sebuah kampus online yang menyediakan definisi ilmiah secara lengkap dan tepat. Encarta Dictionary merupakan salah satu paket Encarta Encyclopedia keluaran Microsoft yang menyediakan ribuan artikel ensiklopedia yang cukup lengkap dalam bentuk multimedia yang dikemas dengan sangat baik dan menarik.
Berbicara mengenai EKONOMI DIGITAL, konsep ini pertama kali diperkenalkan oleh Tapscott pada tahun 1998 dimana ia menjelaskan bahwa sebuah sosiopolitik dan sistem ekonomi mempunyai karakteristik sebagai ruang inteligen, meliputi informasi dan pemrosesan informasi serta kapasitas komunikasi. Dalam perkembangannya, industri Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) berperan penting dalam EKONOMI DIGITAL.
Keren bukan?
Jelas, guys. Tapi ngomong-ngomong mengenai EKONOMI DIGITAL, sebenarnya karakteristiknya itu seperti apa sih? Dan yang membedakan antara "Ekonomi Non-Digital" dengan "EKONOMI DIGITAL" itu apa sih? Oke, mari kita bahas.
Berikut ini merupakan karakteristik EKONOMI DIGITAL menurut Tapscott :
Yang menjadi sebuah pertanyaan besar, sebenarnya perbedaan mendasar antara "Ekonomi Digital" dan "EKONOMI DIGITAL" sebenarnya apa sih? Berikut 4 perbedaan yang membedakan antara keduanya :
Keren bukan?
Jelas, guys. Tapi ngomong-ngomong mengenai EKONOMI DIGITAL, sebenarnya karakteristiknya itu seperti apa sih? Dan yang membedakan antara "Ekonomi Non-Digital" dengan "EKONOMI DIGITAL" itu apa sih? Oke, mari kita bahas.
KARAKTERISTIK EKONOMI DIGITAL
Berikut ini merupakan karakteristik EKONOMI DIGITAL menurut Tapscott :
Knowledge merupakan sumber daya terpenting sebuah perusahaan dalam menciptakan produk/jasa yang berbasis digital.
Digitazion merupakan suatu proses transformasi informasi dari berbagai bentuk menjadi format biner "0" dan "1".
Virtualization merupakan model bisnis dengan perangkat sederhana dan dapat menjangkau seluruh calon pelanggan di dunia.
Molecularization merupakan bentuk transformasi sistem dimana perusahaan dapat mudah beradaptasi dengan setiap perubahan dinamis di lingkungan sekitar.
Internetworking merupakan upaya mengembangkan konsep kerjasama dengan perusahaan lain.
Disintermediation adalah tidak adanya mediator (perantara) antara penjual dan pembeli.
Convergence merujuk pada dua hal/benda atau lebih yang bertemu dan bersatu dalam suatu titik. Konvergensi media ini menyatukan "tiga-C" (computing, communication, dan content).
Innovation merupakan pembaruan suatu produk/jasa yang telah dikeluarkan oleh perusahaan terhadap produk/jasa yang telah diproduksi sebelumnya.
Prosumption adalah terdapatnya batasan antara konsumen dengan produsen.
Immediacy merupakan bentuk kondisi real-time ekonomi yang terjadi pada waktu yang relatif singkat.
Globalization merupakan bentuk sistem ekonomi yang tidak mengenal batas dunia.
Discordance adalah timbulnya kontradiksi sosial yang besar di masyarakat.
EKONOMI LAMA VS EKONOMI DIGITAL
Yang menjadi sebuah pertanyaan besar, sebenarnya perbedaan mendasar antara "Ekonomi Digital" dan "EKONOMI DIGITAL" sebenarnya apa sih? Berikut 4 perbedaan yang membedakan antara keduanya :
Pengorganisasian berdasarkan unit produk | Pengorganisasian berdasarkan segmen pelanggan |
Fokus pada transaksi yang menghasilkan laba | Fokus pada masa hidup pelanggan |
Melihat pada skor keuangan | Melihat pada skor pemasaran |
Berfokus pada pemegang sahan | Berfokus pada stakeholders |
Melihat pada skor keuangan | Melihat pada skor pemasaran |
MACAM-MACAM EKONOMI DIGITAL
Di era modern seperti saat ini, perkembangan teknologi informasi menjadi salah satu barometer penting yang menjadikan suatu negara apakah tergolong negara maju, negara berkembang atau negara miskin. Indonesia, sebagai salah satu negara kepulauan terbesar di dunia dengan penduduk terbanyak ke-4 di dunia, tentu tidak ingin kalah dengan negara-negara lain dalam urusan perkembangan teknologi informasi. Apalagi sekarang masanya "EKONOMI DIGITAL ", praktis kebutuhan internet menjadi hal yang mutlak diperlukan agar kita tidak disebut generasi gaptek.
Berdasarkan data statistik yang berdasarkan hasil survei Google dan Temasek, menunjukkan bahwa proyeksi pertumbuhan rerata tahunan (CAGR) di Indonesia sebesar 19 persen untuk periode 2015-2020. Angka ini lebih tinggi dari pertumbuhan pengguna internet di Vietnam pertumbuhan sebesar 13 persen dan Filpina dengan pertumbuhan sebesar 11 persen.
Hasil riset Google juga menunjukkan bahwa pengguna internet di Asia Tenggara saat ini sebesar 260 juta dengan CAGR sebesar 14 persen per tahun. Hal ini berarti pengguna internet terus bertambah 3,8 juta dan akan menghubungkan ke 700 juta perangkat baik smartphone maupun PC (Personal Computer). Dan di tahun 2020, pengguna internet di Asia Tenggara diproyeksikan akan mencapai 480 juta pengguna.
Data-data diatas menunjukkan bahwa perkembangan teknologi informasi saat ini sangat mendukung bertumbuhnya EKONOMI DIGITAL di masyarakat. Tentu bukan sebuah alasan lagi kita bilang "NO" terhadap konsep EKONOMI DIGITAL dengan perkembangan infrastruktur teknologi informasi yang semakin "gila" ini. Apalagi teknologi telekomunikasi saat ini sudah memasuki era generasi keempat atau biasa kita kenal dengan teknologi 4G yang memungkinkan terjadinya transfer data hingga kecepatan 1 Gb/detik.
Nah, ngomong-ngomong mengenai EKONOMI DIGITAL, banyak orang yang belum begitu tahu jenis-jenisnya dan perusahaan-perusahaan apa yang saat ini sudah exist disana? Penasaran guys? Yuk, kita bahas.
Bagaimana pendapatmu wahai Generasi Millenials?
Prospek EKONOMI DIGITAL sangat besar di Indonesia. Berdasarkan statistik Indonesia menunjukkan bahwa proyeksi investasi di masing-masing bidang mengalami peningkatan yang cukup signifikan dengan jangkau waktu tidak kurang dari 5 tahun. Contohnya saja di bidang FinTech, dapat kita lihat bahwa pada tahun 2016 diproyeksikan investasi melalui bisnis ini bisa mencapai Rp190 Triliun, sebuah angka yang fantastis. Contoh yang lain di bidang e-commerce, dapat kita lihat bahwa investasi pada tahu 2013 hanya sebesar Rp104 Triliun saja, namun pada tahun 2020 diproyeksikan nilai investasi bisa mencapai Rp1.700 Triliun. Artinya terdapat kenaikan 10x lipat. Itu masih dua bidang saja, bagaimana yang lain? Pastinya sangat prospektif.
Berdasarkan data statistik yang berdasarkan hasil survei Google dan Temasek, menunjukkan bahwa proyeksi pertumbuhan rerata tahunan (CAGR) di Indonesia sebesar 19 persen untuk periode 2015-2020. Angka ini lebih tinggi dari pertumbuhan pengguna internet di Vietnam pertumbuhan sebesar 13 persen dan Filpina dengan pertumbuhan sebesar 11 persen.
Hasil riset Google juga menunjukkan bahwa pengguna internet di Asia Tenggara saat ini sebesar 260 juta dengan CAGR sebesar 14 persen per tahun. Hal ini berarti pengguna internet terus bertambah 3,8 juta dan akan menghubungkan ke 700 juta perangkat baik smartphone maupun PC (Personal Computer). Dan di tahun 2020, pengguna internet di Asia Tenggara diproyeksikan akan mencapai 480 juta pengguna.
Data-data diatas menunjukkan bahwa perkembangan teknologi informasi saat ini sangat mendukung bertumbuhnya EKONOMI DIGITAL di masyarakat. Tentu bukan sebuah alasan lagi kita bilang "NO" terhadap konsep EKONOMI DIGITAL dengan perkembangan infrastruktur teknologi informasi yang semakin "gila" ini. Apalagi teknologi telekomunikasi saat ini sudah memasuki era generasi keempat atau biasa kita kenal dengan teknologi 4G yang memungkinkan terjadinya transfer data hingga kecepatan 1 Gb/detik.
Nah, ngomong-ngomong mengenai EKONOMI DIGITAL, banyak orang yang belum begitu tahu jenis-jenisnya dan perusahaan-perusahaan apa yang saat ini sudah exist disana? Penasaran guys? Yuk, kita bahas.
FinTech merupakan salah satu jenis EKONOMI DIGITAL yang lebih bergerak dibidang keuangan. Keberadaan FinTech ini bertujuan untuk membuat masyarakat lebih mudah mengakses produk-produk keuangan, mempermudah transaksi dan meningkatkan literasi keuangan. Dalam perkembangannya, FinTech yang ada di Indonesia memiliki banyak jenis sebagai berikut :
1) Pembayaran
Perusahaan startup FinTech di Indonesia kebanyakan didominasi oleh perusahaan pembayaran seperti: Veritrans, Doku, Kartuku dan iPay88. Terdapat juga Mobile Payments Company seperti Sakuku BCA, Gift Card seperti CGI Indonesia, BitCoin seperti BitX.co, Electronic Money seperti Sepulsa.com, layanan bebas transfer seperti Kliring.co.id, layanan bayar tagihan seperti Playbill.id dan jenis perusahaan pembayaran yang lain.
Layanan-layanan inilah yang sangat membantu kita dalam melakukan pembayaran PLN, PDAM, kredit motor, kredit mobil dan pembayaran-pembayaran yang lain. Tidak perlu datang ke kantor, cukup dengan PC atau smartphone yang terkoneksi dengan internet tentunya.
2) Investasi
Salah satu bentuk bisnis FinTech adalah layanan investasi yang memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk berinvestasi, seperti Bareksa (Marketplace Reksa Dana) dan IpotFund (Supermarket Reksa Dana). Bahkan baru-baru ini, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) secara resmi telah memberikan lisensi agen penjual efek reksa dana kepada portal investasi Bareksa.com untuk menjual reksa dana online di Indonesia secara langsung kepada nasabah.
3) Perencanaan Keuangan
Salah satu model bisnis yang dihadirkan FinTech adalah perencanaan keuangan yang berfokus dalam pengelolaan dan perencanaan keuangan. Terdapat tiga jenis layanan perencanaan keuangan, yakni Expense Tracker untuk personal seperti NgaturDuit.com yang memberikan layanan pengaturan keuangan untuk personal, kemudian Expense Tracker untuk bisnis UMKM seperti Jurnal.id yang memberikan layanan pengelolaan untuk keberlangsungan UMKM dan terdapat layanan pajak seperti Online-Pajak.com yang mempermudah urusan perpajakan, mulai dari membuat NPWP dan pajak buat perusahaan.
4) Pembiayaan
Bentuk bisnis FinTech ini mencakup pembiayaan berbentuk utang, seperti UangTeman.com, TemanUsaha.com, kemudian pembiayaan berbasis patungan (crowdfunding) seperti Wujudkan.com dan Kitabisa.com, kemudian pembiayaan berbasis Peer to Peer Lending (P2P) seperti Koinworks.com dan Amartha.com serta pembiayaan berupa cicilan tanpa kartu kredit seperti Kredivo.com dan Cicil.co.id.
5) Situs Pembanding Produk Keuangan
Model bisnis FinTech yang terakhir adalah website pembanding produk-produk keuangan. Dengan adanya layanan ini, sangat memudahkan masyarakat untuk membandingkan beberapa produk keuangan sebelum memutuskan memilih produk keuangan yang mana. Startup di bidang ini seperti AturDuit.com, KreditGoGo.com dan RajaPremi.com (untuk layanan asuransi).
Finance Technology atau biasa disingkat dengan
E-Commerce merupakan salah satu jenis
On Demand Services merupakan salah satu jenis
Internet of Things atau biasa disingkat dengan IoT merupakan sebuah konsep dari penerapan 1) Pembayaran
Perusahaan startup FinTech di Indonesia kebanyakan didominasi oleh perusahaan pembayaran seperti: Veritrans, Doku, Kartuku dan iPay88. Terdapat juga Mobile Payments Company seperti Sakuku BCA, Gift Card seperti CGI Indonesia, BitCoin seperti BitX.co, Electronic Money seperti Sepulsa.com, layanan bebas transfer seperti Kliring.co.id, layanan bayar tagihan seperti Playbill.id dan jenis perusahaan pembayaran yang lain.
Layanan-layanan inilah yang sangat membantu kita dalam melakukan pembayaran PLN, PDAM, kredit motor, kredit mobil dan pembayaran-pembayaran yang lain. Tidak perlu datang ke kantor, cukup dengan PC atau smartphone yang terkoneksi dengan internet tentunya.
2) Investasi
Salah satu bentuk bisnis FinTech adalah layanan investasi yang memberikan kemudahan bagi masyarakat untuk berinvestasi, seperti Bareksa (Marketplace Reksa Dana) dan IpotFund (Supermarket Reksa Dana). Bahkan baru-baru ini, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) secara resmi telah memberikan lisensi agen penjual efek reksa dana kepada portal investasi Bareksa.com untuk menjual reksa dana online di Indonesia secara langsung kepada nasabah.
3) Perencanaan Keuangan
Salah satu model bisnis yang dihadirkan FinTech adalah perencanaan keuangan yang berfokus dalam pengelolaan dan perencanaan keuangan. Terdapat tiga jenis layanan perencanaan keuangan, yakni Expense Tracker untuk personal seperti NgaturDuit.com yang memberikan layanan pengaturan keuangan untuk personal, kemudian Expense Tracker untuk bisnis UMKM seperti Jurnal.id yang memberikan layanan pengelolaan untuk keberlangsungan UMKM dan terdapat layanan pajak seperti Online-Pajak.com yang mempermudah urusan perpajakan, mulai dari membuat NPWP dan pajak buat perusahaan.
4) Pembiayaan
Bentuk bisnis FinTech ini mencakup pembiayaan berbentuk utang, seperti UangTeman.com, TemanUsaha.com, kemudian pembiayaan berbasis patungan (crowdfunding) seperti Wujudkan.com dan Kitabisa.com, kemudian pembiayaan berbasis Peer to Peer Lending (P2P) seperti Koinworks.com dan Amartha.com serta pembiayaan berupa cicilan tanpa kartu kredit seperti Kredivo.com dan Cicil.co.id.
5) Situs Pembanding Produk Keuangan
Model bisnis FinTech yang terakhir adalah website pembanding produk-produk keuangan. Dengan adanya layanan ini, sangat memudahkan masyarakat untuk membandingkan beberapa produk keuangan sebelum memutuskan memilih produk keuangan yang mana. Startup di bidang ini seperti AturDuit.com, KreditGoGo.com dan RajaPremi.com (untuk layanan asuransi).
Bagaimana pendapatmu wahai Generasi Millenials?
Prospek EKONOMI DIGITAL sangat besar di Indonesia. Berdasarkan statistik Indonesia menunjukkan bahwa proyeksi investasi di masing-masing bidang mengalami peningkatan yang cukup signifikan dengan jangkau waktu tidak kurang dari 5 tahun. Contohnya saja di bidang FinTech, dapat kita lihat bahwa pada tahun 2016 diproyeksikan investasi melalui bisnis ini bisa mencapai Rp190 Triliun, sebuah angka yang fantastis. Contoh yang lain di bidang e-commerce, dapat kita lihat bahwa investasi pada tahu 2013 hanya sebesar Rp104 Triliun saja, namun pada tahun 2020 diproyeksikan nilai investasi bisa mencapai Rp1.700 Triliun. Artinya terdapat kenaikan 10x lipat. Itu masih dua bidang saja, bagaimana yang lain? Pastinya sangat prospektif.
KISAH PARA PEJUANG EKONOMI DIGITAL
Pertanyaan selanjutnya setelah tahu mengenai jenis EKONOMI DIGITAL yang sedang berkembang di Indonesia adalah bagaimana kita bisa menjadi salah satu dari mereka? Tentu sebuah pertanyaan yang akan sulit terjawab ketika kita hanya termenung dan berpikir keras di pojok kamar, karena tidak akan menemukan caranya. Lantas harus bagaimana? Belajar dari startup yang telah sukses adalah solusinya. Karena dengan begitu, kita bisa belajar bagaimana membangun startup dari awal, bagaimana suka dukanya dan bagaimana bisa survive didalamnya, bukan begitu wahai Generasi Millenials?
Tak perlu berlama-lama, berikut 3 contoh startup EKONOMI DIGITAL tersukses hingga saat ini (versi RADEN ROFIUL) :
Cubeacon, siapa yang tidak tahu akan teknologi ini? Salah satu teknologi IoT yang dapat mengirimkan/menerima data secara cepat, tepat dan efisien untuk area terbatas dengan menggunakan bluetooth. Teknologi ini telah sukses mengembangkan pemancar berteknologi bluetooth dan memiliki standar yang sama dengan iBeacon keluaran Apple yang telah ada sebelumnya, bahkan Cubeacon mampu memaksimalkan potensi teknologi iBeacon.
Secara visual, teknologi ini berbentuk kubus kecil yang didalamnya tersimpan chip Bluetooth v4.0 yang mampu menjangkau perangkat mobile dengan radius 100 meter dengan estimasi daya tahan hingga 2 tahun. Untuk fungsinya, pada awalnya Cubeacon digunakan oleh pebisnis-pebisnis untuk menyebarkan informasi yang berkaitan dengan produknya secara cepat, tepat dan efisien. Seiring berjalannya waktu, teknologi ini terus dikembangkan fungsinya sebagai tas tracker, reminder dan berbagai keperluan rumah/kantor lainnya.
Untuk cara kerja dari teknologi canggih ini, kita hanya perlu mengaktifkan bluetooth pada smartphone, kemudian mengunduh aplikasi android atau iOS yang telah terintegrasi dengan Cubeacon. Aplikasi inilah yang menjadi interface antara pemilik usaha dan pelanggan. Cukup sederhana bukan?
Siapa sangka, teknologi baru ini merupakan salah satu startup karya anak bangsa terbaik saat ini yang dikembangkan oleh startup Eyro Digital yang berdomisili di Surabaya. Dia adalah Tiyo Avianto atau biasa disapa dengan nama Mas Tiyo, pendiri Cubeacon. Mas Tiyo merupakan lulusan Teknik Mekatronka, Politeknik Elektronika Negeri Surabaya - Institut Teknologi Sepuluh November (PENS-ITS) yang lulus pada tahun 2006.
Menjadi seorang developer IoT, tidak pernah dibayangkan sebelumnya oleh Mas Tiyo. Karena sebenarnya ketertarikan Mas Tiyo terhadap dunia coding atau pemrograman, bukan karena memang benar-benar suka, tapi karena tuntutan kuliah yang mengharuskannya belajar keras mengenai pemrograman. Namun dari situlah, Cubeacon bisa berkembang hingga saat ini.
Pada awal perkembangannya, Cubeacon hanya berupa prototype biasa dengan tampilan yang tidak menarik sehingga sulit laku di pasaran ditambah lagi masyarakat belum ada ketertarikan untuk mencoba prototipe miliknya. Bukan seorang Tiyo kalo mengalah dengan keadaan. Berawal dari situ, dia terus melakukan penelitian pre-produksi sebelum produknya dilepas di pasaran. Dan kini, Cubeacon telah rilis sekitar 5000 unit dan akan meuju 10000 unit.
Pesan Mas Tiyo untuk developer hardware yang lain, jangan pernah berhenti di fase prototipe dan teruslah survive dengn kondisi yang ada. Karena tantangan tidak hanya datang pada fase prototipe saja, masih banyak fase-fase yang harus dilakukan sebelum produknya menjadi branded di pasaran. Dan yang lebih penting lagi, jangan takut untuk berkompetisi.
GO-JEK, bukan nama asing ditelinga kita akhir-akhir ini. Bukan karena menjadi salah satu sponsor utama dari Liga Indonesia, tapi karena GO-JEK sudah menjadi bagian penting bagi sebagian masyarakat untuk mencari nafkah. GO-JEK merupakan sebuah perusahaan teknologi berbasis on demand services yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan pekerja di berbagai sektor informal di Indonesia. Saat ini, GO-JEK telah bermitra dengan sekitar 200.000 pengendara ojek di Indonesia, untuk menyediakan berbagai macam layanan, mulai transportasi, pesan antar makanan, jasa cleaning service dan lainnya.
Yang menjadikan GO-JEK lebih diminati oleh masyarakat daripada ojek konvensional adalah terdapatnya santunan kesehatan dan kecelakaan, sehingga lebih menjamin keamanan dan keselamatan driver-drivernya. Saat ini, GO-JEK telah resmi beroperasi di 25 kota besar di Indonesia, termasuk Medan, Batam, Palembang, Pekanbaru, Jambi, Padang, Bandar Lampung, Jabodetabek, Bandung, Sukabumi, Yogyakarta, Semarang, Solo, Surabaya, Gresik, Malang, Sidoarjo, Balikpapan, Samarinda, Pontianak, Banjarmasin, Manado, Makassar, Denpasar, Mataram dan akan terus dikembangkan di kota-kota lainnya pada tahun mendatang.
Saat ini, GO-JEK memiliki 16 layanan yang ditawarkan, dengan rincian sebagai berikut :
1) GO-RIDE
Layanan transportasi menggunakan sepeda motor dengan kapasitas hanya 1 orang.
2) GO-CAR
Layanan transportasi menggunakan mobil dengan kapasitas maksimal 4 orang.
3) GO-BLUEBIRD
Layanan pemesanan taksi Bluebird melalui platform aplikasi GO-JEK.
4) GO-FOOD
Layanan pesan antar makanan.
5) GO-SEND
Layanan kurir instan yang dapat mengirimkan barang.
6) GO-MART
Layanan berbelanja dan mengirimkan barang belanjaan.
7) GO-BOX
Layanan pemindahan barang yang berukuran besar dengan menggunakan truk.
8) GO-MASSAGE
Layanan panggilan jasa pijat.
9) GO-CLEAN
Layanan panggilan jasa cleaning service.
10) GO-GLAM
Layanan panggilan jasa perawatan kecantikan.
11) GO-TIX
Layanan informasi event yang langsung mengirimkan tiket ke tujuan.
12) GO-BUSWAY
Layanan monitoring jadwal busway sekaligus memesan GO-RIDE untuk mengantarkan pelanggan ke terminal.
13) GO-PAY
Layanan dompet virtual untuk transaksi GO-JEK.
14) GO-MED
Layanan antar obat-obatan, vitamin dan kebutuhan medis lainnya.
15) GO-AUTO
Layanan auto care, service untuk kebutuhan otomotif.
16) GO-PULSA
Layanan pengisian pulsa dengan menggunakan fasilitas GO-PAY.
Bagaimana? Banyak sekali bukan yang dihadirkan oleh GO-JEK. Dibalik kesuksesan itu semua, tentu ada orang HEBAT dibelakangnya, beliau bernama Nadiem Makarim. Berdasarkan latar belakang keluarga, Nadiem Makarim atau biasa dipanggil Mas Nadiem tidak memiliki darah seorang pengusaha, namun hal itulah yang menjadikan Mas Nadiem tertantang untuk berkarir di bidang enterpreneurship. Pria lulusan Harvard University ini memang terkenal jago mengatasi permasalahan di bidang aplikasi, sehingga tidak heran selepas lulus kuliah langsung direkrut sebagai konsultan manajemen di McKinsey & Company.
Banyak orang berpikir, kalau kerja di luar negeri pasti nyaman dan terjamin dari segi penghasilan. Namun tidak berlaku bagi seorang Mas Nadiem. Beliau memutuskan kembali ke Indonesia selepas 3 tahun bekerja di McKinsey & Company. Berawal dari obrolannya dengan beberapa tukang ojek di Jakarta yang sebagian besar waktunya dihabiskan untuk menunggu penumpang datang, ide GO-JEK akhirnya muncul. Dan pada tahun 2011, aplkasi GO-JEK resmi diluncurkan dan sangat bermanfaat untuk tukang ojek dalam mendapatkan penumpang dan membantu penumpang mendapatkan ojek hanya order saja di smartphone mereka masing-masing.
Seiring berjalannya waktu, GO-JEK terus mengembangkan layanannya yang sebelumnya hanya GO-RIDE saja, kini bertambah menjadi 16 layanan. Dan sebagai seorang startup yang telah sukses, Mas Nadiem mengharapkan munculnya startup-startup baru yang berjiwa kompetitif dari kalangan anak muda tentunya. Baginya, mencoba sesuatu itu harus berani mengambil tindakan, apapun resikonya.
Namanya sudah begitu terkenal di TV ataupun koran, siapa yang tidak mengenal Tokopedia? Sebuah mall online di Indonesia yang mengusung konsep marketplace, dimana memungkinkan setiap individu, toko kecil dan brand untuk membuka dan mengelola toko online. Mall online yang didirikan pada akhir 2015 ini memiliki visi untuk "Membangun Indonesia yang lebih baik melalui internet" dan mendukung UMKM dan usaha perorangan untuk memasarkan produknya secara online dan sangat memudahkan calon pembelinya dalam berinvestasi.
Saat ini, Tokopedia telah menawarkan jutaan produk yang meliputi pakaian, aksesoris, kecantikan, kesehatan, rumah tangga, dapur, laptop, elektronik dan lain-lain. Terhitung, terdapat lebih dari 1.200 kategori produk yang tersedia di Tokopedia. Yang membuat mall online ini terus exist, terletak pada sistem pembayarannya. Tokopedia menggunakan sistem pembayaran bersama atau escrow yang mana pihak mall online berperan sebagai pihak ketiga yang menengahi antara penjual dan pembeli.
Mengenai sistem pembayaran, terdapat dua jenis sitem pembayaran. Sistem pembayaran instan dan manual. Untuk sistem pembayaran instan, kita tidak perlu melakukan konfirmasi pembayaran karena pembayaran sudah otomatis terverifikasi sementara pada sistem pembayaran manual, kita sebagai pembeli harus melakukan konfirmasi pembayaran terlebih dahulu. Pembayaran secara instan dapat melalui mandiri clickplay, BCA KlikPay, e-Pay BRI dan Slso Tokopedia. Sementara pembayaran secara manual dapat melalui transfer ATM atau internet banking.
Ketika berbicara kesuksesan suatu peusahaan, tentu tidak bisa lepas dari peran pendirinya. William Tanuwijaya adalah salah satunya, bersama dengan Leontinus Alpha Edison, mereka mendirikan Tokopedia. Williamm Tanuwijaya atau bisa kita panggil dengan Koh Tanu, pada awalnya hanya seorang pekerja kantoran biasa yang bergerak di bidang software developer. Lulusan BINUS University ini mulai membangun startup> Tokopedia setelah menjadi moderator di sebuah forum online pada tahun 2007 yang membahas mengenai jual-beli online. Kemudian ia mengaak temannya, Koh Leo untuk mendirikan Tokopedia sebagai sebuah startup jual beli online.
Awal berdirinya perusahaan ini sangatlah sulit, dimana mereka harus mendatangi satu persatu orang untuk memodali ide bisnisnya mereka dan mencari investor yang mau membiayai Tokopedia. Banyak yang awalnya ragu akan perusahaan ini, namun seiring berjalannya waktu akhirnya usaha mereka berbuah manis. Pada tahun 2014, Tokopedia berhasil mendapatkan kucuran dana untuk modal sebesar 100 Juta Dollar dari Softbank Internet. Luar biasa bukan? Disini kita bisa belajar tentang arti sebuah perjuangan yang pantang menyerah dengan keadaan ataupun berbagai pihak yang meragukan usaha kita. Tetap semangat, guys.
Bagaimana Generasi Millenials? Apakah kita hanya diam saja tanpa mulai berusaha menjadi startup baru di Indonesia? Mari kita buktikan.
Tak perlu berlama-lama, berikut 3 contoh startup EKONOMI DIGITAL tersukses hingga saat ini (versi RADEN ROFIUL) :
Cubeacon, siapa yang tidak tahu akan teknologi ini? Salah satu teknologi IoT yang dapat mengirimkan/menerima data secara cepat, tepat dan efisien untuk area terbatas dengan menggunakan bluetooth. Teknologi ini telah sukses mengembangkan pemancar berteknologi bluetooth dan memiliki standar yang sama dengan iBeacon keluaran Apple yang telah ada sebelumnya, bahkan Cubeacon mampu memaksimalkan potensi teknologi iBeacon.
Secara visual, teknologi ini berbentuk kubus kecil yang didalamnya tersimpan chip Bluetooth v4.0 yang mampu menjangkau perangkat mobile dengan radius 100 meter dengan estimasi daya tahan hingga 2 tahun. Untuk fungsinya, pada awalnya Cubeacon digunakan oleh pebisnis-pebisnis untuk menyebarkan informasi yang berkaitan dengan produknya secara cepat, tepat dan efisien. Seiring berjalannya waktu, teknologi ini terus dikembangkan fungsinya sebagai tas tracker, reminder dan berbagai keperluan rumah/kantor lainnya.
Untuk cara kerja dari teknologi canggih ini, kita hanya perlu mengaktifkan bluetooth pada smartphone, kemudian mengunduh aplikasi android atau iOS yang telah terintegrasi dengan Cubeacon. Aplikasi inilah yang menjadi interface antara pemilik usaha dan pelanggan. Cukup sederhana bukan?
Siapa sangka, teknologi baru ini merupakan salah satu startup karya anak bangsa terbaik saat ini yang dikembangkan oleh startup Eyro Digital yang berdomisili di Surabaya. Dia adalah Tiyo Avianto atau biasa disapa dengan nama Mas Tiyo, pendiri Cubeacon. Mas Tiyo merupakan lulusan Teknik Mekatronka, Politeknik Elektronika Negeri Surabaya - Institut Teknologi Sepuluh November (PENS-ITS) yang lulus pada tahun 2006.
Menjadi seorang developer IoT, tidak pernah dibayangkan sebelumnya oleh Mas Tiyo. Karena sebenarnya ketertarikan Mas Tiyo terhadap dunia coding atau pemrograman, bukan karena memang benar-benar suka, tapi karena tuntutan kuliah yang mengharuskannya belajar keras mengenai pemrograman. Namun dari situlah, Cubeacon bisa berkembang hingga saat ini.
Pada awal perkembangannya, Cubeacon hanya berupa prototype biasa dengan tampilan yang tidak menarik sehingga sulit laku di pasaran ditambah lagi masyarakat belum ada ketertarikan untuk mencoba prototipe miliknya. Bukan seorang Tiyo kalo mengalah dengan keadaan. Berawal dari situ, dia terus melakukan penelitian pre-produksi sebelum produknya dilepas di pasaran. Dan kini, Cubeacon telah rilis sekitar 5000 unit dan akan meuju 10000 unit.
Pesan Mas Tiyo untuk developer hardware yang lain, jangan pernah berhenti di fase prototipe dan teruslah survive dengn kondisi yang ada. Karena tantangan tidak hanya datang pada fase prototipe saja, masih banyak fase-fase yang harus dilakukan sebelum produknya menjadi branded di pasaran. Dan yang lebih penting lagi, jangan takut untuk berkompetisi.
"Persaingan yang sehat diawali dengen pertemanan yang sangat sehat."
-Tiyo Avianto-
GO-JEK, bukan nama asing ditelinga kita akhir-akhir ini. Bukan karena menjadi salah satu sponsor utama dari Liga Indonesia, tapi karena GO-JEK sudah menjadi bagian penting bagi sebagian masyarakat untuk mencari nafkah. GO-JEK merupakan sebuah perusahaan teknologi berbasis on demand services yang bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan pekerja di berbagai sektor informal di Indonesia. Saat ini, GO-JEK telah bermitra dengan sekitar 200.000 pengendara ojek di Indonesia, untuk menyediakan berbagai macam layanan, mulai transportasi, pesan antar makanan, jasa cleaning service dan lainnya.
Yang menjadikan GO-JEK lebih diminati oleh masyarakat daripada ojek konvensional adalah terdapatnya santunan kesehatan dan kecelakaan, sehingga lebih menjamin keamanan dan keselamatan driver-drivernya. Saat ini, GO-JEK telah resmi beroperasi di 25 kota besar di Indonesia, termasuk Medan, Batam, Palembang, Pekanbaru, Jambi, Padang, Bandar Lampung, Jabodetabek, Bandung, Sukabumi, Yogyakarta, Semarang, Solo, Surabaya, Gresik, Malang, Sidoarjo, Balikpapan, Samarinda, Pontianak, Banjarmasin, Manado, Makassar, Denpasar, Mataram dan akan terus dikembangkan di kota-kota lainnya pada tahun mendatang.
Saat ini, GO-JEK memiliki 16 layanan yang ditawarkan, dengan rincian sebagai berikut :
1) GO-RIDE
Layanan transportasi menggunakan sepeda motor dengan kapasitas hanya 1 orang.
2) GO-CAR
Layanan transportasi menggunakan mobil dengan kapasitas maksimal 4 orang.
3) GO-BLUEBIRD
Layanan pemesanan taksi Bluebird melalui platform aplikasi GO-JEK.
4) GO-FOOD
Layanan pesan antar makanan.
5) GO-SEND
Layanan kurir instan yang dapat mengirimkan barang.
6) GO-MART
Layanan berbelanja dan mengirimkan barang belanjaan.
7) GO-BOX
Layanan pemindahan barang yang berukuran besar dengan menggunakan truk.
8) GO-MASSAGE
Layanan panggilan jasa pijat.
9) GO-CLEAN
Layanan panggilan jasa cleaning service.
10) GO-GLAM
Layanan panggilan jasa perawatan kecantikan.
11) GO-TIX
Layanan informasi event yang langsung mengirimkan tiket ke tujuan.
12) GO-BUSWAY
Layanan monitoring jadwal busway sekaligus memesan GO-RIDE untuk mengantarkan pelanggan ke terminal.
13) GO-PAY
Layanan dompet virtual untuk transaksi GO-JEK.
14) GO-MED
Layanan antar obat-obatan, vitamin dan kebutuhan medis lainnya.
15) GO-AUTO
Layanan auto care, service untuk kebutuhan otomotif.
16) GO-PULSA
Layanan pengisian pulsa dengan menggunakan fasilitas GO-PAY.
Bagaimana? Banyak sekali bukan yang dihadirkan oleh GO-JEK. Dibalik kesuksesan itu semua, tentu ada orang HEBAT dibelakangnya, beliau bernama Nadiem Makarim. Berdasarkan latar belakang keluarga, Nadiem Makarim atau biasa dipanggil Mas Nadiem tidak memiliki darah seorang pengusaha, namun hal itulah yang menjadikan Mas Nadiem tertantang untuk berkarir di bidang enterpreneurship. Pria lulusan Harvard University ini memang terkenal jago mengatasi permasalahan di bidang aplikasi, sehingga tidak heran selepas lulus kuliah langsung direkrut sebagai konsultan manajemen di McKinsey & Company.
Banyak orang berpikir, kalau kerja di luar negeri pasti nyaman dan terjamin dari segi penghasilan. Namun tidak berlaku bagi seorang Mas Nadiem. Beliau memutuskan kembali ke Indonesia selepas 3 tahun bekerja di McKinsey & Company. Berawal dari obrolannya dengan beberapa tukang ojek di Jakarta yang sebagian besar waktunya dihabiskan untuk menunggu penumpang datang, ide GO-JEK akhirnya muncul. Dan pada tahun 2011, aplkasi GO-JEK resmi diluncurkan dan sangat bermanfaat untuk tukang ojek dalam mendapatkan penumpang dan membantu penumpang mendapatkan ojek hanya order saja di smartphone mereka masing-masing.
Seiring berjalannya waktu, GO-JEK terus mengembangkan layanannya yang sebelumnya hanya GO-RIDE saja, kini bertambah menjadi 16 layanan. Dan sebagai seorang startup yang telah sukses, Mas Nadiem mengharapkan munculnya startup-startup baru yang berjiwa kompetitif dari kalangan anak muda tentunya. Baginya, mencoba sesuatu itu harus berani mengambil tindakan, apapun resikonya.
"Jangan pernah takut untuk memulai sesuatu yang baru meskipun itu harus ada pengorbanan yang harus kita bayarkan."
-Nadiem Makarim-
Namanya sudah begitu terkenal di TV ataupun koran, siapa yang tidak mengenal Tokopedia? Sebuah mall online di Indonesia yang mengusung konsep marketplace, dimana memungkinkan setiap individu, toko kecil dan brand untuk membuka dan mengelola toko online. Mall online yang didirikan pada akhir 2015 ini memiliki visi untuk "Membangun Indonesia yang lebih baik melalui internet" dan mendukung UMKM dan usaha perorangan untuk memasarkan produknya secara online dan sangat memudahkan calon pembelinya dalam berinvestasi.
Saat ini, Tokopedia telah menawarkan jutaan produk yang meliputi pakaian, aksesoris, kecantikan, kesehatan, rumah tangga, dapur, laptop, elektronik dan lain-lain. Terhitung, terdapat lebih dari 1.200 kategori produk yang tersedia di Tokopedia. Yang membuat mall online ini terus exist, terletak pada sistem pembayarannya. Tokopedia menggunakan sistem pembayaran bersama atau escrow yang mana pihak mall online berperan sebagai pihak ketiga yang menengahi antara penjual dan pembeli.
Mengenai sistem pembayaran, terdapat dua jenis sitem pembayaran. Sistem pembayaran instan dan manual. Untuk sistem pembayaran instan, kita tidak perlu melakukan konfirmasi pembayaran karena pembayaran sudah otomatis terverifikasi sementara pada sistem pembayaran manual, kita sebagai pembeli harus melakukan konfirmasi pembayaran terlebih dahulu. Pembayaran secara instan dapat melalui mandiri clickplay, BCA KlikPay, e-Pay BRI dan Slso Tokopedia. Sementara pembayaran secara manual dapat melalui transfer ATM atau internet banking.
Ketika berbicara kesuksesan suatu peusahaan, tentu tidak bisa lepas dari peran pendirinya. William Tanuwijaya adalah salah satunya, bersama dengan Leontinus Alpha Edison, mereka mendirikan Tokopedia. Williamm Tanuwijaya atau bisa kita panggil dengan Koh Tanu, pada awalnya hanya seorang pekerja kantoran biasa yang bergerak di bidang software developer. Lulusan BINUS University ini mulai membangun startup> Tokopedia setelah menjadi moderator di sebuah forum online pada tahun 2007 yang membahas mengenai jual-beli online. Kemudian ia mengaak temannya, Koh Leo untuk mendirikan Tokopedia sebagai sebuah startup jual beli online.
Awal berdirinya perusahaan ini sangatlah sulit, dimana mereka harus mendatangi satu persatu orang untuk memodali ide bisnisnya mereka dan mencari investor yang mau membiayai Tokopedia. Banyak yang awalnya ragu akan perusahaan ini, namun seiring berjalannya waktu akhirnya usaha mereka berbuah manis. Pada tahun 2014, Tokopedia berhasil mendapatkan kucuran dana untuk modal sebesar 100 Juta Dollar dari Softbank Internet. Luar biasa bukan? Disini kita bisa belajar tentang arti sebuah perjuangan yang pantang menyerah dengan keadaan ataupun berbagai pihak yang meragukan usaha kita. Tetap semangat, guys.
Bagaimana Generasi Millenials? Apakah kita hanya diam saja tanpa mulai berusaha menjadi startup baru di Indonesia? Mari kita buktikan.
MERINTIS EKONOMI DIGITAL BARU
Indonesia dalam angka yang ada diatas menunjukkan bahwa jumlah pendanaan startup di Indonesia terus mengalami peningkatan. Bahkan, peningkatan bisa terjadi dua hingga tiga kali lipat pada setiap triwulannya. Tercatat hingga kuartal II 2016, nilai investasi startup mencapai Rp2,09 Triliun. Hal inilah yang mendorong pemerintah untuk terus menggalakan penambahan startup-startup baru di Indonesia. Melalui Kementrian Komunikasi dan Informasi, Pemerintah Republik Indonesia membuat program "Gerakan Nasional 1000 Startup Digital".
Melalui gerakan ini, pemerintah ingin menjadikan Indonesia sebagai "The Digital Energy of Asia". Melalui gerakan ini, ditargetkan dapat menciptakan 1000 perusahaan baru dengan total investasi bisnis senilai USD 10 miliar pada tahun 2020. Luar biasa bukan?
Untuk melahirkan 1000 startup digital, dilakukan sistem pembinaan intensif di 10 kota yang memiliki infrastruktur digital yang kuat. Langkah pertama dimulai dari ignition¸ yakni seminar untuk menanamkan pola pikir entrepreneurship, yang menargetkan 4000 peserta setiap tahunnya. Kemudian, akan dijaring 20000 peserta yang layak untuk melanjutkan ke tahap workshop untuk diberikan pembekalan keahlian yang mereka butuhkan dalam membuat sebuah startup digital. Berbekal ilmu dari workshop tersebut, 1000 perserta akan melanjutkan ke tahap hackathon untuk menghasilkan prototipe produk dari ide solusi aplikasi. Barulah 500 peserta yang terpilih akan memasuki tahap bootcamp, yang merupakan sesi pembinaan untuk menyiapkan strategi peluncuran produk. Dan Terakhir, 200 peserta terpilih akan diinkubasi selama kurang lebih 3 bulan di sekitar kota per tahun, sehingga dalam 5 tahun akan tercipta 10000 startup digital. Sebuah konsep yang sangat visioner dari Bapak Jokowi. Bukan begitu, guys?
Bagaimana Generasi Millenials? Siapkah menjadi salah satu diantara mereka?
Pilihan ditangan kita.
KESIMPULAN
Di zaman Generasi Millenials seperti saat ini, EKONOMI DIGITAL sudah menjadi tren yang mampu menciptakan sistem ekonomi yang lebih mudah, efektif dan efisien. Terdapat empat macam EKONOMI DIGITAL yang saat ini berkembang di Indonesia, yaitu Finance Technology, E-Commerce, On Demand Services dan IoT.
Di Indonesia, telah terdapat ratusan startup yang sudah berdiri. Beberapa diantaranya memiliki prospek yang sangat menjanjikan, kita dapat belajar dari Cubeacon, GO-JEK dan Tokopedia. Belum cukup sampai disitu, agar startup terus bertambah, Pemerintah Republik Indonesia menciptakan sebuah gagasan 1000 Startup Digital yang memfasilitasi anak-anak bangsa untuk bersaing dalam menciptakan startup-startup baru di Indonesia. Dan kita sebagai Generasi Millenials yang lebih menyukai pekerjaan yang fleksibel, mementingkan passion dan menyukai tantangan tentu konsep EKONOMI DIGITAL bukan sebuah hal yang tabu lagi.
Pilihannya di tangan kita masing-masing, apakah kita menjadi seorang PELOPOR kemajuan bangsa atau PENGEKOR kemunduran bangsa. Mari kita buktikan bersama-sama.
Sumber Artikel dan Konten:
Databoks
Cubeacon
GO-JEK
Tokopedia
Youtube
Berbagai Sumber